Lontara

Senin, 21 Maret 2016

Gowa The Great Empire

Salamakki battu
“Meski berwatak keras, konon leluhur orang Makassar itu sejatinya sangat penurut dan mudah diatur. Mereka dikenal patuh pada hukum dan pemimpin, yang biasanya diikrarkan dalam prosesi ritual “Angngaru’, atau bersumpah setia. Selama mereka memegang sumpah, yang juga dilandasi kearifan lokal siri’ na pacce , tak akan pernah terbersit untuk melakukan pelanggaran atas sumpah itu. Mereka
bersedia diatur dan diarahkan oleh pemimpinnya, tak peduli asal, gender atau apapun atribut sesembahannya itu ”
Raja Gowa ke XVI
image
I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape ” sultan Hasanuddin” Tumenanga Ri Balla Pangkana
Wilayah kekuasaan kerajaan gowa
image
Nama Gowa hingga saat ini belum diketahui pasti asal usulnya, mengingat belum ada sebuah buku lontarak pun yang menerangkannya, hanya saja ada beberapa pendapat dari ahlisejarah seperti Ahmad Makka Rausu Amansya Daeng Ngilau, mengemukakan bawah nama Gowa mungkin sekali berasal dari kata “GOARI” yang berarti “kamar atau bilik”. Kemudian Prof. Mattulada menerangkan makna kata Gaori itu berarti “Penghimpunan” ke dalam suatu tempat atau ruangan. Biasanya penghimpunan sejumlah (pemimpin) kaum secara bersama-sama menyatukan diri
dalam suatu persekutuan teritorial.
image
Menurut Andi Ijo Karaeng ( Raja Gowa sekarang ) , nama Gowa sebenarnya berasal dari perkataan ‘Gua” yang berarti “liang” di mana sekitar tempat itulah ditemukan hadirnya Tumanurunga sebutan. Lahirnya penyebutan Gowa sebagai nama kerajaan, mungkin juga tidak terlepas dari sejarah pengangkatan Tumanurunga menjadi raja Gowa pertama.
Bate salapang
image
Tala’ Salapang ditanam oleh sembilan orang dewan adat Kerajaan Gowa yang disebut Bate’ Salapang sebagai simbol perdamaian. Pada masa sebelum hadir Tumanurunga di butta Gowa, ketika itu Gowa berbentuk kerajaan-kerajaan kecil yang mengikatkan diri dalam bentuk persekutuan atau pemerintahan gabungan (Federasi) di bawah penguasaan Paccailaya (ketua dewan hakim pemisah). Kesembilan Kasuwiang disebut juga Kasuwiang Salapanga atau “Sembilan kelompok kaum” yang mewakili masing-masing dalam persekutuan itu ialah :
1. Kasuwiang Tombolo
2. Kasuwiang Lakiung
3. Kasuwiang Samata
4. Kasuwiang Parang-parang
5. Kasuwiang Data
6. Kasuwiang Agang Je’ne
7. Kasuwiang Bisei
8. Kasuwiang Kailing
9. Kasuwiang Sero
Bate Salapang terbentuk pada masa Gowa purba yang berdiri sekitar abad XIII.Menurut almarhum Profesor Mattulada, sejarawan Sulawesi Selatan, Bate Salapang berfungsi sebagai dewan pengontrol yang berhak memilih, mengangkat, bahkan menurunkan raja, jika jalannya pemerintahan tidak sesuai dengan undang-undang kerajaan. Masing-masing Bate memiliki simbol tersendiri. Misalnya Tombolo, memiliki dua lambang, yakni Buli-bulina Mangasa (burung yang menyerupai elang) dan lambang ayam. Sedangkan Samata berlambang limpang. Mereka juga mempunyai panji perang, seperti tombak, pedang pusaka, kalewang panjang, dan beberapa peralatan perang dari Inggris. Ada juga harta benda milik mereka, misalnya guci dari emas dan batik.
Perang saudara
image
Kondisi tanah Gowa masa sebelum hadirnya Tumanurunga senantiasa dilanda perang perselisihan yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperlihatkan kekuatan masing-masing saudara antara Gowa bagian utara dan Gowa bagian selatan seberang jeneberang .Masa perseteruan mereka itu dikenal dengan masa sikanre juku, atau masa saling memakan bak ikan di lautan: yang besar dan kuat memakan yang kecil dan lemah, sebaliknya yang kecil dan lemah juga berusaha untuk selalu menggerogoti ikan besar. Keadaan kacau balau, tak ada yang mau mengalah karena semua inginmenunjukkan keunggulannya atas yang lain.
Sumber : https://freewayblog.wordpress.com/tag/belajar/