Lontara

Minggu, 21 Oktober 2018

Kisah Ahli Tahajud Muhammad Al Fatih Panglima Perang Berusia 21 Tahun

Sosok Kepemimpinan Muhammad Al Fatih

Assalamualaikum guys, kali ini saya akan membahas tentang panglima perang yang sangat muda dan berumur 21 tahun. Nama dia adalaha Muhammad Al Fatih. Yang juga di kenal dengan taktik perangnya yang hebat. Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkanKekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
Dia memang Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi(pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Pada kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam keseluruhannya) .Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatihtelah dibangun di sebelah makamnya.
Ini diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Dalam Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium , Konstantinopel. Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.
Apa sih rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud.Bukankah Rasulullah saw  SAW menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah saw  SAW shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.
Sangat hebat yah guys dia yang perawakannya masih muda sudah menjadi ahli tahajud. Makanya disarankan bagi kalian guys yang tentara terutama kalo mau perang jangan lupa tuh tahajud. Saya sangat yakin Allah pasti menolong kamu guys ketika perang hhehehe
Jika kamu bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan besar yang megubah sejarah peradaban dunia? Ya, dalam sejarah, hal ini tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah saw  SAW bernama Usamah juga menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah saw  SAW yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah saw  SAW ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi?
Namun Sang Pedang Malam, orang asia yang bernama Muhammad Al Fatih merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di alam semesta ini, Allah SWT. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.
Sejak kecil  Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.
Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”
Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail.
Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam. Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah Konstantinopel.
Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.
“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.
Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!!! !
Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam Al Fatih.
Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”
Apa yang terjadi? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.
Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan AllahSubhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Dengan sangat perkasa Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu AkbarAllahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan AllahSubhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw  berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.
Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.
Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dalam hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda” (Abu Ayyub al-Anshari)

Vidio Kisah Muhammad Al Fatih

Gimana guys ??, hebat bukan masih mudah beliau sudah menjadi panglima perang. Bahkan taktinya bisa menaklukan musuh dan ini membuktikan bahwa pertolongan Allah sangatlah dekat dengan kita. Dan saya menarik kesimpulan bahwa tahajud kunci utama dalam menghadapi segala sesuatu guys. Ini menunjukan kepada kita bahwa kita harus rajin tahajud agar semua permasalahan kita dapat di hadapi guys. Oke sampai disini dulu ya guys dan sampai jumpa di post saya yang besok guys wassalamualaikum.
Sumber Referensi
https://pasukansedekah.wordpress.com/2014/03/06/kisah-ahli-tahajud-muhammad-al-fatih-panglima-perang-berusia-21-tahun/

Senin, 03 September 2018

SEPULUH KEAJAIBAN MUHARRAM



B
ulan Muharam adalah bulan pertama dalam kalender hijriyyah atau kalender Islam dimana untuk tanggal 1 Muharam 0001 adalah saat hijrahnya Nabi Mukhammad SAW dari Mekah menuju Madinah.
Mengapa hijrahnya Nabi dijadikan awal tahun baru Islam, karena sejak itulah Nabi Muhammad dapat mengembangkan Islam secara gemilang dan Islam mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Dari kota Madinah inilah Islam dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Adapun untuk bulan Muharam sendiri Allah telah menjadikannya sebagai salah satu bulan yang istimewa. Karena pada bulan Muharam telah terjadi keajaiban-keajaiban yang menimpa para Nabi terdahulu, diantaranya adalah :

1.      Pada bulan Muharam Allah SWT telah menerima taubatnya nabi Adam.
Seperti diketahui ketika Nabi Adam melanggar perintah Allah dengan memakan buah quldi maka beliau diturunkan ke bumi dari syurga. Di bumi inilah Adam bertaubat selama beratus-ratus tahun lamanya sambil berjalan dari Hindustan menuju Mekkah sambil berulang-ulang membaca doa : Robbana dzolamna anfusana wainlamtaghfirlana watarkhamna lanakunana minal khosirin. Yang artinya: “Ya Allah, kami telah menganiaya diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan tidak mengasihiku niscaya aku termasuk orang yang rugi”. Nah setelah sampai di Mekah tepat pada tanggal 10 Muharam barulah Allah mengabulkan doanya dan mengampuni Nabi Adam.

2.      Pada bulan Muharam Allah mengangkat Nabi Idris ke langit sebagai bentuk penghargaan Allah pada beliau.Hal ini disebabkan karena Nabi Idris adalah orang yang cerdas. Beliau orang pertama yang menulis dengan kalam, pandai membaca dan ahli ilmu perbintangan dan ilmu hitung. Beliau orang pertama yang memakai pakaian karena beliau orang pertama yang pandai menggunting dan menjahit. Sebelumnya orang berpakaian dengan kulit binatang. Beliau mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam memerangi orang yang durhaka kepada Allah sehingga mendapat gelar Asadul Usud yang artinya harimau dari segala harimau. Karena keistimewaan beliau itulah maka beliau diberi kesempatan untuk berkenalan dengan para malaikat, sehingga beliau diangkat ke langit oleh Allah ( QS. Maryam : 56 – 57 ).

3.      Kapal Nabi Nuh berlabuh tepat pada tanggal 10 Muharam.
Ketika Allah memberi adzab kepada umat Nabi Nuh dengan mendatangkan banjir bandang yang menenggalamkan seluruh umat nabi Nuh termasuk putranya sendiri Kan’am, Allah menyelamatkan umatnya yang beriman dengan menyuruh nabi Nuh membuat kapal.  Setelah berlayar selama sekian lama dengan hanya membawa 40 pasang baik itu manusia maupun hewan akhirnya Allah memberi jalan keselamatan.
4.      Pada tanggal 10 Muharam Nabi Ibrahim dilahirkan. Pada tanggal ini pula Nabi Ibrahim dibakar oleh kaum kafir quraisy dengan api yang menyala-nyala karena Ibrahim melarang menyembah berhala, namun Allah menyelamatkannya dan api tidak mampu membakar dirinya.

5.      Tanggal 10 Muharam Allah menerima taubatnya Nabi Daud.
Nabi Daud telah memiliki 99 orang istri, tetapi beliau masih berkehendak mau merampas istri orang hingga sang suami menderita karena lelaki itu tak berani melawan Nabi Daud. Akhirnya Allah menurunkan dua malaikat yan g menyamar menjadi manusia untuk menegur Nabi Daud. Beliau menjadi sadar akan kesalahannya dan bertaubat memohon ampun pada Allah, akan tetapi tidak seketika itu beliau diampuni, baru tanggal 10 Muharam taubatnya diterima Allah. 

6.      Pada 10 Muharam Allah mengangkat Nabi Isa ke langit untuk menyelamatkannya dari kekejaman bani Israel.
Ketika Bani Israel mengejar-ngejar Nabi Isa untuk dibunuh maka Allah SWT mengangkat beliau ke langit dan menukarnya dengan Yahusa yang wajahnya diserupan oleh Allah dengan Nabi Isa. Yahusa inilah yang akhirnya ditangkap dan disalib beramai ramai oleh bani Israel. Sampai sekarangpun orang Nasrani menganggap bahwa yang disalib adalah Nabi Isa.

7.      Tanggal 10 Muharam Musa diselamatkan oleh Allah untuk memilih bara api dan tidak mengambil roti. Waktu itu Musa akan dibunuh oleh Firaun karena takut kalau besar akan memusuhinya. Tetapi istrinya menasehati bahwa Musa masih kecil belum tahu apa-apa. Sebagai ujian maka Firaun memberi dua benda pada Musa yakni roti dan bara api.
8.      Tanggal 10 Muharam Firaun, Haman dan Qorun serta seluruh harta bendanya ditenggelamkan ke bumi sebagai akibat dari kezaliman mereka.

9.      Tanggal 10 Muharam Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan hiu setelah berada didalamnya 40 hari lamanya.
Setelah 33 th Yunus menjadi Rosul hanya 2 orang saja yang mau beriman yaitu Rubil dan Tanukh. Maka datanglah adzab Allah berupa awan hitam bergumpal-gumpal yang mengerikan. Umatnya pun ketakutan dan keluar rumah untuk mencari Nabi Yunus untuk beriman dan menyatakan taubat. Akan tetapi Nabi Yunus juga pergi meninggalkan kaumnya dengan menumpang kapal. Dalam perjalanan datang angin topan yang hampir menenggelamkan kapalnya. Nahkoda kapal berkata : Jika kapal oleng begini biasanya disebabkan karena ada orang asing pelarian yang ikut berlayar. Jika betul ada, mengakulah dan segera terjunlah ke air agar kapal ini selamat.  Yunus berkata : Ya, aku ini orang pelarian. Dan beliau segera menceburkan diri ke laut di dalam gelombang besar dan langsung ditelan ikan Hiu. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus berdoa. Dan Allah menngabulkan doanya. (Baca QS. Al Anbiya 87-88 dan  Ash-Shaffat 139-146).

10.  Allah telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaeman a.s pada tanggal 10 Muharam sebagai penghormatan kepada beliau. Waktu itulah Ratu Bulqis menyerah dan menyatakan keimanannya pada Nabi Sulaeman. 

       (dari berbagai sumber) 
       Semoga bermanfaat

Sumber : http://moezafier.blogspot.com/2012/11/10-keajaiban-bulan-muharram.html

Senin, 21 Maret 2016

Gowa The Great Empire

Salamakki battu
“Meski berwatak keras, konon leluhur orang Makassar itu sejatinya sangat penurut dan mudah diatur. Mereka dikenal patuh pada hukum dan pemimpin, yang biasanya diikrarkan dalam prosesi ritual “Angngaru’, atau bersumpah setia. Selama mereka memegang sumpah, yang juga dilandasi kearifan lokal siri’ na pacce , tak akan pernah terbersit untuk melakukan pelanggaran atas sumpah itu. Mereka
bersedia diatur dan diarahkan oleh pemimpinnya, tak peduli asal, gender atau apapun atribut sesembahannya itu ”
Raja Gowa ke XVI
image
I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape ” sultan Hasanuddin” Tumenanga Ri Balla Pangkana
Wilayah kekuasaan kerajaan gowa
image
Nama Gowa hingga saat ini belum diketahui pasti asal usulnya, mengingat belum ada sebuah buku lontarak pun yang menerangkannya, hanya saja ada beberapa pendapat dari ahlisejarah seperti Ahmad Makka Rausu Amansya Daeng Ngilau, mengemukakan bawah nama Gowa mungkin sekali berasal dari kata “GOARI” yang berarti “kamar atau bilik”. Kemudian Prof. Mattulada menerangkan makna kata Gaori itu berarti “Penghimpunan” ke dalam suatu tempat atau ruangan. Biasanya penghimpunan sejumlah (pemimpin) kaum secara bersama-sama menyatukan diri
dalam suatu persekutuan teritorial.
image
Menurut Andi Ijo Karaeng ( Raja Gowa sekarang ) , nama Gowa sebenarnya berasal dari perkataan ‘Gua” yang berarti “liang” di mana sekitar tempat itulah ditemukan hadirnya Tumanurunga sebutan. Lahirnya penyebutan Gowa sebagai nama kerajaan, mungkin juga tidak terlepas dari sejarah pengangkatan Tumanurunga menjadi raja Gowa pertama.
Bate salapang
image
Tala’ Salapang ditanam oleh sembilan orang dewan adat Kerajaan Gowa yang disebut Bate’ Salapang sebagai simbol perdamaian. Pada masa sebelum hadir Tumanurunga di butta Gowa, ketika itu Gowa berbentuk kerajaan-kerajaan kecil yang mengikatkan diri dalam bentuk persekutuan atau pemerintahan gabungan (Federasi) di bawah penguasaan Paccailaya (ketua dewan hakim pemisah). Kesembilan Kasuwiang disebut juga Kasuwiang Salapanga atau “Sembilan kelompok kaum” yang mewakili masing-masing dalam persekutuan itu ialah :
1. Kasuwiang Tombolo
2. Kasuwiang Lakiung
3. Kasuwiang Samata
4. Kasuwiang Parang-parang
5. Kasuwiang Data
6. Kasuwiang Agang Je’ne
7. Kasuwiang Bisei
8. Kasuwiang Kailing
9. Kasuwiang Sero
Bate Salapang terbentuk pada masa Gowa purba yang berdiri sekitar abad XIII.Menurut almarhum Profesor Mattulada, sejarawan Sulawesi Selatan, Bate Salapang berfungsi sebagai dewan pengontrol yang berhak memilih, mengangkat, bahkan menurunkan raja, jika jalannya pemerintahan tidak sesuai dengan undang-undang kerajaan. Masing-masing Bate memiliki simbol tersendiri. Misalnya Tombolo, memiliki dua lambang, yakni Buli-bulina Mangasa (burung yang menyerupai elang) dan lambang ayam. Sedangkan Samata berlambang limpang. Mereka juga mempunyai panji perang, seperti tombak, pedang pusaka, kalewang panjang, dan beberapa peralatan perang dari Inggris. Ada juga harta benda milik mereka, misalnya guci dari emas dan batik.
Perang saudara
image
Kondisi tanah Gowa masa sebelum hadirnya Tumanurunga senantiasa dilanda perang perselisihan yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperlihatkan kekuatan masing-masing saudara antara Gowa bagian utara dan Gowa bagian selatan seberang jeneberang .Masa perseteruan mereka itu dikenal dengan masa sikanre juku, atau masa saling memakan bak ikan di lautan: yang besar dan kuat memakan yang kecil dan lemah, sebaliknya yang kecil dan lemah juga berusaha untuk selalu menggerogoti ikan besar. Keadaan kacau balau, tak ada yang mau mengalah karena semua inginmenunjukkan keunggulannya atas yang lain.
Sumber : https://freewayblog.wordpress.com/tag/belajar/

Kamis, 14 Januari 2016

Siri Na Pacce dalam Nilai dan Falsafah Hidup Orang Bugis-Makassar



Dalam budaya Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja) ada sebuah istilah atau semacam jargon yang mencerminkan identititas serta watak orang Sulawesi Selatan, yaitu Siri’ Na Pacce. Secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian). Jadi Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).

Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna “malu”. Sedangkan Pacce (Bugis: Pesse) dapat berarti “tidak tega” atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya Bugis atau Makassar mempunyai empat kategori, yaitu (1) Siri’ Ripakasiri’, (2) Siri’ Mappakasiri’siri’, (3) Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’), dan (4) Siri’ Mate Siri’.
Kemudian, guna melengkapi keempat struktur Siri’ tersebut maka Pacce atau Pesse menduduki satu tempat, sehingga membentuk suatu budaya (karakter) yang dikenal dengan sebutan Siri’ Na Pacce.

Budaya Siri' Na Pacce merupakan salah satu falsafah budaya Masyarakat Bugis-Makassar yang harus dijunjung tinggi. Apabila siri' na pacce tidak dimiliki seseorang, maka orang tersebut dapat melebihi tingkah laku binatang, sebab tidak memiliki rasa malu, harga diri, dan kepedulian sosial. Mereka juga hanya ingin menang sendiri dan memperturutkan hawa nafsunya. Istilah siri' na pacce sebagai sistem nilai budaya sangat abstrak dan sulit untuk didefenisikan karena siri' na pacce hanya bisa dirasakan oleh penganut budaya itu. Bagi masyarakat Bugis-Makassar, siri' mengajarkan moralitas kesusilaan yang berupa anjuran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk menjaga dan mempertahankan diri dan kehormatannya. Siri' adalah rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, siri' adalah sesuatu yang 'tabu' bagi masyarakat Bugis-Makassar dalam berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan, pacce mengajarkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial tanpa mementingkan diri sendiri dan golongan inil adalah salah satu konsep yang membuat suku Bugis-Makassar mampu bertahan dan disegani diperantauan, pacce merupakan sifat belas kasih dan perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, kalau istilah dalam bahasa Indonesia "Ringan sama dijinjing berat sama dipikul"

Layaknya sebuah tradisi, maka secara turun temurun konsep nilai ini senantiasa akan menjadi pegangan serta pedoman dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Bilamana pada suatu generasi penafsirannya meleset, maka akan berdampak ke generasi berikutnya. Jika terjadi disintegrasi terhadap penafsiran tentang nilai Siri’ ini, maka tentunya akan berdampak kepada kelanjutan eksistensi falsafah kepada generasi yang akan datang, inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran banyak pihak termasuk penulis sendiri, sehingga harus diluruskan agar kedepannya nilai falsafah ini tetap bisa menjadi pedoman, pegangan serta ciri khas masyarakat Bugis-Makassar.
Dasar falsafah hidup yang menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat Bugis-Makassar untuk senantiasa hidup baik di negeri sendiri atau negeri orang lain adalah menjadi manusia yang perkasa dalam menjalani kehidupan. Setiap manusia keturunan Bugis-Makassar dituntut harus memiliki keberanian, pantang menyerah menghadapi tantangan ataupun ujian hidup. Itulah sebabnya maka setiap orang yang mengaku sebagai masyarakat Bugis-Makassar memiliki orientasi yang mampu menghadapi apapun.

Hakekat prinsip tersebut bersumber pada leluhur masyarakat Bugis-Makassar yang tersimpul dengan “duai temmallaiseng, tellui temmasarang” (dua bagian yang tak terpisahkan dan tiga bagian yang tak terceraikan).

Nilai siri’ dapat dipandang sebagai suatu konsep kultural yang memberikan implikasi terhadap segenap tingkah laku yang nyata. Tingkah laku itu dapat diamati sebagai pernyataan ataupun perwujudan kehidupan masyarakat Bugis-Makassar.

Apabila kita mengamati pernyataan nilai siri’ ini atau lebih konkritnya mengamati kejadian-kejadiannya berupa tindakan, perbuatan atau tingkah laku yang katanya dimotivasi  oleh siri’, maka akan timbul kesan bahwa nilai siri’ itu pada bagian terbesar unsurnya dibangun oleh perasaan sentimental atau sejenisnya. Kemudian penafsiran yang berpijak kepada melihat kejadian-kejadian yang timbul akibat penafsiran siri’, misalnya: malu-malu, aib, iri hati, kehormatan dan harga diri, dan kesusilaan. Cara pandang seperti ini jelas merupakan sebuah cara pandang yang kurang lengkap terutama apabila hendak mengamatinya dari sudut konfigurasi kebudayaan. Sebab hal tersebut merupakan sebuah nilai yang bukan hanya sebuah nilai kebudayaan akan tetapi juga merupakan sebuah nilai/falsafah hidup manusia.

Kemudian, hakikat kebenaran dari falsafah inilah yang mulai surut dalam setiap tingkah laku maupun tindakan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Sebagai seorang masyarakat Sulawesi Selatan, penulis melihat, disintegrasi semacam ini sudah lama terjadi. Bagaimana rasa malu yang tidak ditempatkan pada tempat semestinya, mendahulukan rasa amarah ketimbang sikap rasional dalam memahami suatu permasalahan. Jika berkaca pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah ini, mulai dari demonstrasi yang selalu berakhir dengan kerusuhan, sampai kepada perilaku bermasyarakat yang mulai berujung kepada konflik. Distintegrasi seperti inilah yang kemudian berpotensi melahirkan ketidakstabilan dalam kehidupan sosial bermasyarakat di masa yang akan datang.

Apabila kita ingin mendalami makna siri’ dengan segenap permasalahannya, antara lain dapat diketahui dari lontara’ La Toa. Dimana dalam lontara ini berisi pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang merupakn kumpulan petuah untuk dijadikan sebagai suri tauladan. Kata La Toa sendiri sejatinya memiliki arti petuah-petuah, dimana juga memiliki hubungan yang erat dengan peranan siri’ dalam pola hidup atau adat istiadat masyarakat Bugis-Makassar. Misalnya dapat dilihat pada beberapa point dalam lontara’ tersebut: Siri’ sebagai harga diri ataupun kehormatan, Mapappakasiri’ artinya menodai kehormatannya, Ritaroang Siri’ yang artinya ditegakkan kehormatannya, Passampo Siri’ yang artinya penutup malu, Siri’ sebagai perwujudan sikap tegas demi sebuah kehormatan hidup.

Kata siri’ dapat juga diartikan sebagai pernyataan sikap yang tidak serakah dan sebuah prinsip hidup masyarakat Bugis-Makassar. Ungkapan-ungkapan seperti : siri’ na ranreng (siri’ dipertaruhkan demi kehormatan), palaloi siri’nu (tegakkan siri’mu), tau de’ siri’na (orang tak memiliki malu tak memiliki harga diri) merupakan semboyan-semboyan falsafah hidup masyarakat Bugis-Makassar.

Dari aspek ontologi (wujud) budaya siri' na pacce mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pandangan islam dalam kerangka spiritualitas, dimana kekuatan jiwa dapat teraktualkan melalui penaklukan jiwa atas tubuh. Inti budaya siri' na pacce mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, karena siri' na pacce merupakan jati diri dari orang-orang Bugis-Makassar. Dengan adanya falsafah dan ideologi siri' na pacce maka keterikatan antar sesama dan kesetiakawanan menjadi lebih kuat, baik dengan sesama suku maupun dengan suku yang lain. Konsep siri' na pacce bukan hanya dianut oleh kedua suku ini (Bugis dan Makassar), tetapi juga dianut oleh suku-suku lain yang mendiami daratan Sulawesi seperti, suku Mandar dan Tator, hanya kosakata dan penyebutannya saja yang berbeda, tetapi falsafah ideologinya memilikii kesamaan dalam berinteraksi dengan sesama.
Ungkapan sikap masyarakat Bugis-Makassar yang termanifestasikan lewat kata-kata taro ada’ taro gau (satu kata satu perbuatan), merupakan tekad atau cita-cita dan janji yang telah diucapkan pastilah dipenuhi dan dibuktikan dalam perbuatan nyata. Hal tersebut juga sejalan dengan prinsip-prinsip abattireng ripolipukku (asal usul leluhur senantiasa di junjung tinggi, semuanya ku abadikan demi keagungan leluhurku).
Berdasarkan jenisnya siri' terbagi  yaitu:

Siri' Nipakasiri'
Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa.


Sebagai contoh dalam hal ini adalah membawa lari seorang gadis (kawin lari). Maka, pelaku kawin lari, baik laki-laki maupun perempuan, harus dibunuh, terutama oleh pihak keluarga perempuan (gadis yang dibawa lari)karena telah membuat malu keluarga.

Contoh lainnya adalah kasus kekerasan, seperti penganiayaan atau pembunuhan dimana pihak atau keluarga korban yang merasa terlanggar harga dirinya (Siri’na) wajib untuk menegakkannya kembali, kendati ia harus membunuh atau terbunuh. Utang darah harus dibalas dengan darah, utang nyawa harus dibalas dengan nyawa.

Dalam keyakinan orang Bugis/Makassar bahwa orang yang mati terbunuh karena menegakkan Siri’, matinya adalah mati syahid, atau yang mereka sebut sebagai Mate Risantangi atau Mate Rigollai, yang artinya bahwa kematiannya adalah ibarat kematian yang terbalut santan atau gula. Dan, itulah sejatinya Kesatria.

Tentang ini hal ini, oleh Hakim Pidana (orang-orang Belanda) di zaman penjajahan dahulu tidak bisa mengerti mengapa orang Bugis/Makassar begitu bangga dan secara kesatria mengakui di depan persidangan pidana bahwa dia telah melakukan pembunuhan berencana, meski diketahuinya bahwa ancaman pidananya sangat berat jika dibandingkan dengan pembunuhan biasa (pembunuhan yang tidak direncanakan sebagaimana diatur dalam pasal 338 KUHP). Secara logika, memang orang lain tidak dapat mengerti hal tersebut, kecuali bagi mereka yang telah paham akan makna Siri’ yang sesungguhnya.

Agar dapat mengetahui tentang bagaimana penting menjaga Siri’ untuk kategori Siri’ Ripakasiri’, simaklah falsafah berikut ini. Sirikaji nanimmantang attalasa’ ri linoa, punna tenamo siri’nu matemako kaniakkangngami angga’na olo-oloka. Artinya, hanya karena Siri’ kita masih tetap hidup (eksis), kalau sudah malu tidak ada maka hidup ini menjadi hina seperti layaknya binatang, bahkan lebih hina daripada binatang.

Siri’ Mappakasiri’siri’

Siri’ Tappela’ Siri’ (Makassar) atau Siri’ Teddeng Siri’ (Bugis)
Artinya rasa malu seseorang itu hilang “terusik” karena sesuatu hal. Misalnya, ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah ditentukan (disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.
Orang Bugis atau orang Makassar yang masih memegang teguh nilai-nilai Siri’, ketika berutang tidak perlu ditagih. Karena, tanpa ditagih dia akan datang sendiri untuk membayarnya.

Hal yang terkait dengan Siri’ Mappakasiri’siri’ serta hubungannya dengan etos kerja yang tinggi adalah cerita-cerita tentang keberhasilan orang-orang Bugis dan Makassar di perantauan.

Dengan dimotori dan dimotivasi oleh semangat siri’ sebagaimana ungkapan orang Makassar, “Takunjunga bangun turu’ naku gunciri’ gulingku kualleangngangi tallanga na towaliya.” Artinya, begitu mata terbuka (bangun di pagi hari), arahkan kemudi, tetapkan tujuan ke mana kaki akan melangkah, pasang tekad “Lebih baik tenggelam daripada balik haluan (pulang ke rumah) sebelum tercapai cita-cita.” Atau, sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai, sebelum tercapai pulau harapan.

Selain itu, Siri’ Mappakasiri’siri’ juga dapat mencegah seseorang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, nilai-nilai moral, agama, adat istiadat dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat merugikan manusia dan kemanusiaan itu sendiri.
Salah satu falsafah Bugis dalam kehidupan bermasyarakat adalah “Mali’ siparampe, malilu sipakainga”, dan “Pada idi’ pada elo’ sipatuo sipatokkong” atau “Pada idi pada elo’ sipatuo sipatottong”. Artinya, ketika seseorang sanak keluarga atau kerabat tertimpa kesusahan atau musibah maka keluarga yang lain ikut membantu. Dan, kalau seseorang cenderung terjerumus ke dalam kubangan nista karena khilaf maka keluarga yang lain wajib untuk memperingatkan dan meluruskannya. 

Siri' Masiri'
Siri' masiri' yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk mempertahankan, meningkatkan atau mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga dengan mengerahkan segala daya upaya demi siri' itu sendiri. Seperti sebuah penggalan syair sinrili' "Takunjunga' bangung turu'.. Nakugunciri' gulingku.. Kuallengi Tallanga Natoalia" yang berarti "Layarku telah kukembangkang.. kemudiku telah kupasang.. aku memilih tenggelam dari pada melangkah surut". Semboyan tersebut melambangkan betapa masyarakat Bugis-Makassar memiliki tekad dan keberanian yang tinggi dalam mengarungi kehidupan ini.

Siri’ Mate Siri’
Siri’ yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang Bugis/Makassar, orang yang mate siri’-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu (iman) sedikit pun. Orang seperti ini diapakan juga tidak akan pernah merasa malu, atau yang biasa disebut sebagai bangkai hidup yang hidup.

Betapa hina dan tercelanya orang seperti ini dalam kehidupan masyarakat. Aroma busuk akan tercium di mana-mana. Tidak hanya di lingkungan Istana, di Senayan, bahkan di tempat-tempat ibadah juga bau busuk akan terasa menyengat. Korupsi, kolusi dan nepotisme, jual beli putusan, mafia anggaran, mafia pajak serta mafia-mafia lainnya, akan senantiasa mewarnai pemberitaan media setiap harinya. Nauzubillahi min-dzalik.
Berikut sebuah prinsip siri' (malu) yang dipegang orang Bugis/Makassar.
 
Manna cera'ja kulimbang
Buku kutete
Anta'le tonja
Ka sirikku natapela
Artinya: 
Biar darah kuseberangi
Tulang kujembatangi
Aku tetap menyebrang
Karena malu (imanku) yang akan hilang. 


Takunjunga bangun turu
Nakugunciri gulingku
Kualeanna tallanga natoalia

Artinya:

Sekali berlayar pantang surut biduk kepantai 

Pacce  (Makassar) (Bugis: Pesse)
Pacce atau Pesse adalah suatu tata nilai yang lahir dan dianut oleh masyarakat Bugis/Makassar. Passe lahir dan dimotivasi oleh nilai budaya Siri’ (malu). Contoh, apabila seorang anak durhaka kepada orangtuanya (membuat malu keluarga) maka si anak yang telah membuat malu (siri’) tersebut dibuang dan dicoret dalam daftar keluarga. Namun, jika suatu saat, manakala orangtuanya mendengar, apalagi melihat anaknya menderita dan hidup terlunta-lunta, si anak pun diambilnya kembali. Malu dan tidak tega melihat anaknya menderita.
Punna tena siri’nu pa’niaki paccenu. Artinya meski anda marah karena si anak telah membuat malu keluarga, lebih malulah jika melihat anakmu menderita. Jika Anda tidak malu, bangkitkan rasa iba di hatimu (Paccenu). Anak adalah amanah Allah, jangan engkau sia-siakan.
Pacce’ dalam pengertian harfiahnya berarti “ pedih “, dalam makna kulturalnya pacce berarti juga belas kasih, perikemanusiaan, rasa turut prihatin, berhasrat membantu, humanisme universal. Jadi, pacce’ adalah perasaan (pernyataan) solidaritas yang terbit dari dalam kalbu yang dpaat merangsang kepada suatu tindakan. Ini merupakan etos (sikap hidup) orang Bugis-Makassar sebagai pernyataan moralnya. Pacce’ diarahkan keluar dari dirinya, sedangkan siri’ diarahkan kedalam dirinya. Siri’ dan pacce’ inilah yang mengarahkan tingkah laku masyarakatnya dalam pergaulan sehari-hari sebagai “ motor “ penggerak dalam memanifestasikan pola-pola kebudayaan dan sistem sosialnya.

Beradasarkan nilai-nilai yang terkandung budaya siri' na pacce terbagi atas 3 yaitu:

Nilai Filosofis.
Nilai Filosofis siri' na pacce adalah gambaran dari pandangan hidup orang-orang Bugis dan Makassar mengenai berbagai persoalan kehidupan yang meliputi watak orang Bugis Makassar yang reaktif, militan, optimis, konsisten, loyal, pemberani dan konstruktif.

Nilai Etis.
Pada nilai-nilai etis siri' na pacce terdapat nilai-nilai yang meliputi: teguh pendirian, setia, tahu diri, jujur, bijak, rendah hati, sopan, cinta dan empati.

Nilai Estetis
Nilai estetis dari siri' na pacce meliputi nilai estetis dalam non insani yang terdiri atas benda alam tak bernyawa, benda alam nabati, dan benda alam hewani, Kemudian, satu hal yang perlu diperhatikan disini yakni manakala harga diri masyarakat Bugis-Makassar tersebut ternodai, yang karenanya melahirkan aspek-aspek siri’, maka semestinya bagi yang terkena siri’ tersebut untuk melakukan upaya penghapusan noda (siri’) tersebut. Hal tersebut dapat berupa upaya musyawarah atau membicarakan duduk persoalannya atau jika sudah melewati batas kemanusiaan dan ketentuan yang ada, barulah dilakukan upaya dengan bentuk kekuatan (baik secara hukum maupun perorangan), tergantung nilai siri’ yang timbul dari permasalahan yang ada. Sehingga bagi pihak yang terkena siri’ kemudian bersikap bungkam tanpa ada upaya sama sekali, maka akan dijuluki sebagai orang yang tak punya rasa malu (tau tena siri’na).

Dengan demikian, dapatlah dikatakan betapa besar pengaruh nilai-nilai siri’ ini bagi sikap hidup masyarakat Bugis-Makassar dan masyarakat Sulawesi Selatan secara umum. Sehingga nilai siri’ ini bagi masyarakat Bugis-Makassar, sebagaimana yang telah diuraikan diatas adalah sebuah falsafah hidup, dimana secara garis besar dapat ditarik sebuah benang merah berdasarkan analisa-analisa diatas, bahwa sesungguhnya peranan siri’ yang merupakan alam bawah sadar masyarakat Bugis-Makassar ini merupakan nilai falsafah dan sikap yang menjadi perwujudan dari manusia Bugis-Makassar.

Budaya siri' na pacce adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, untuk menjadi sebuah bangsa yang besar. Untuk itu diperlukan sosok-sosok muda yang memiliki jiwa dan karakter yang mapan karena pemuda adalah calon pemimpin dan pemiliki bangsa ini. Mereka harus memiliki siri' na pacce dalam diri mereka, dengan adanya budaya siri' na pacce anak pemuda bangsa ini akan menjadi lebih peka terhadap segala macam persoalan yang sedang melanda bangsa ini.

Nilai adalah hal yang yang sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan dan dalam konteks hukum, nilai ini merupakan sesuatu yang menjadi landasan atau acuan dalam penegakan hukum, nilai ini hidup dalam suatu masyarakat dan menjadi falsafah hidup dalam masyarakat tertentu. Masyarkat Bugis mempunyai falsafah hidup yang sangat dijunjungnya yaitu siri’ na pacce’. 

Siri’ na pacce’ dalam masyarakat Bugis sangat dijunjung tinggi sebagai falsafah dalam segala aspek kehidupan, dan hal ini juga berlaku dalam aspek ketaatan masyakarat terhadap aturan tertentu (hukum), dengan pemahaman terhadap nilai (siri’ na pacce’) ini sangat mempengaruhi masyakarat dalam kehidupan hukumnya.

Siri’ yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce ( Bahasa Makassar ) atau Siri’ na Pesse’ ( Bahasa Bugis ) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Bugis-Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau De’ni gaga Siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e ( seperti binatang ). Petuah Bugis berkata : Siri’mi Narituo ( karena malu kita hidup ).

Seorang pemimpin yang memiliki budaya siri' na pacce dalam dirinya akan menjadi seorang pemimpin yang memiliki keberanian serta ketegasan, namun tetap bijaksana dalam memimpin. Seorang pemimpin yang memegang prinsip ini akan membawa bangsa ini menuju kearah yang lebih baik, karena mereka memiliki rasa peka terhadap lingkungan, mampu mendengarkan aspirasi-aspirasi orang-orang yang mereka pimpin karena itu sejalan dengan konsep negara kita yaitu Demokrasi.

Sumber :  disadur dari tulisan :

Abdi eL_Machete : "SIRI’ SEBAGAI SIKAP DAN FALSAFAH HIDUP  MASYARAKAT BUGIS MAKASSAR " (akademia edu)
Muh. Abdi Goncing : "SIRI’ NA PACCE SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT BUGIS-MAKASSAR Dalam Perspektif Filsafat Sejarah"  (akademia edu)
http://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/06/27/siri-na-pacce/
http://imbasadi.wordpress.com/agenda/data-karya-ilmiah-bebas/unhas/makna-siri-na-pacce-dimasyarakat-bugis-makassar-friskawini/
http://imbasadi.wordpress.com/agenda/data-karya-ilmiah-bebas/unhas/makna-siri-na-pacce-dimasyarakat-bugis-makassar-friskawini/
http://bugismakassartrip.blogspot.co.id/2014/05/siri-na-pacce-dalam-nilai-dan-falsafah.html

Rabu, 09 Desember 2015

Membangun Persatuan Ummat Islam

Ummat Islam diseluruh penjuru dunia diwajibkan membangun persatuan dan Ukhuwwah islamiyyah yang merupakan prinsip dasar agama Islam. Rasulullah Muhammad SAW menegaskan dalam sabdanya."Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzhaliminya, menelantarkanya dan menhinanya." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallhuanhu).

Persatuan akan menghasilkan  begitu banyak manfaat. Persatuan akan membuahkan banyak kekuatan, Persatuan akan menumbuhkan ketenangan batin, persatuan akan membangun kepedulian sosial, dan indahnya persatuan akan banyak menghasilkan keajaiban yang sangat luarbiasa.

Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah perumpamaan yang sangat indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin bersaudara di antara mereka,

مَثَلُ المُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الَجسَدُ الوَاحِدُ إِذَا أَشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الَجسَدِ بِالْحُمِّى وَالسَهَرِ
“Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwwah (persaudaraan), kasih sayang dan kepedulian sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh bagian tubuh akan ikut merasakan sakit dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu)

Subhanallah, alangkah indahnya andaikan perumpamaan tersebut benar-benar dibumikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan menjunjung tinggi persatuan Ummat Islam diseluruh penjuru dunia akan mudah meraih kemenangan yang besar serta keuntungan yang agung. Untuk mewujudkan mimpi indah persatuan ummat dalam alquran dan hadis nabi Muhammad SAW ditegaskan.

Allah SWT berfirman,

واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا واذكروا نعمت الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار فأنقذكم منها كذلك يبين الله لكم آياته لعلكم تهتدون

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk..” (QS. Ali Imran: 103)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثاً، وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثاً. فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً، وَلَا تَفَرَّقُوْا. وَيَكْرَهُ لَكُمْ، قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةُ السُؤَالِ، وَإِضَاعَةُ المَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal atas kalian. Dia ridha jika (1) kalian beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, (2) kalian semua berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah, (3) menasihati pemerintah kalian. Dan Allah membenci (1) perbincagan yang tidak ada gunanya, (2) banyak bertanya (tentang suatu yang tidak berfaidah) , serta (3) membuang-buang harta.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Ayat dan hadis di atas menjelaskan pada kita apa yang seharusnya dijadikan sebagai landasan persatuan kaum muslimin, yakni tali Allah.

Menilik keterangan yang disampaikan para ulama Islam, bisa disimpulkan bahwa tali Allah yang dimaksud adalah: ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Persatuan antar kaum muslimin tidak akan pernah tercapai selama mereka belum kembali kepada ajaran agamanya yang benar. Dalam akidah, ibadah, akhlak, dan seluruh sisi kehidupan mereka.
Konsekuensinya, manakala ada ideologi, keyakinan, atau perilaku kaum muslimin yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, maka penyimpangan tersebut harus diluruskan. Walaupun telah mengakar, mengurat, dan membudaya ratusan tahun.


Sumber : https://khotbahjumat.com